SEKILAS TENTANG MUALLIMIN
Muallimin (didirikan pada tahun 1918)
merupakan nama pendek dari Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Sekolah ini juga sering disebut secara
pendek m3in (baca: Emgain) oleh para alumninya. Ia terletak di
jantung kota Yogyakarta dan termasuk sebagai salah satu
sekolah yang memiliki sejarah yang cukup panjang khususnya berkaitan dengan pendirian
dan perkembangan organisasi Muhammadiyah di Indonesia.
Muallimin
bukanlah sekolah Muhammadiyah biasa. Ia memiliki predikat sebagai Sekolah Kader
Muhammadiyah, di mana banyak alumninya mengabdikan dirinya dalam perjuangan
organisasi ini, baik dari tingkat Ranting hingga tingkat Pimpinan Pusat.
Sejarah
Madrasah
Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1918 dengan nama “Qismul
Arqa” di Kampung Kauman Yogyakarta (Alfian, 1989). Sepanjang sejarahnya,
Madrasah al-Qismu al-Arqo mengalami beberapa kali perubahan nama. Secara
kronologis, perubahan nama ini dimulai dari Madrasah al-Qismu al-Arqo kemudian Hogere Muhammadijah
School, kemudian Kweekschool Islam dan menjadi Kweekschool Muhammadijah.
Nama Kweekschool muncul dalam pikiran KH Ahmad
Dahlan setelah kunjungannya dari Katholieke
Kweekschool di Muntilan (Sejarah Muhammadiyah, tt). Pada
mulanya sekolah ini bertempat di Kauman. Kemudian pindah ke Ketanggungan Wirobrajan (sekarang Jl. Letjend. S. Parman
68). Pada tahun 1952, Comite Ara-ara melaporkan telah berhasil mendirikan
bangunan permanen sekolah meliputi ruang kelas, masjid, rumah direktur dan sebagainya (Soeara Muhammadijah,
1952). Bangunan utama (tampak dalam poto) ini akhirnya diruntuhkan setelah
rusak parah pada saat kota Yogyakarta dihantam gempa bumi 26 Mei 2006. Ahmad Syafii
Maarif, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang juga salah satu
alumni madrasah ini berinisiatif menggalang dana untuk membangun bangunan utama
Muallimin. Pada awal tahun 2008, bangunan utama ini berhasil dibangun kembali.
Perubahan
nama menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadijah terjadi pada tahun 1941 berdasar
hasil kongres Muhammadyah ke-23 19-25 Juli 1934 di Yogyakarta (Soeara
Muhammadijah, 1941). Nama Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
dipergunakan hingga sekarang. Perubahan nama ini bermula dari kritik para warga
Muhammadiyah, mengapa harus memakai nama sekolah Belanda; Kweekschool, padahal
ijazahnya dan kurikulumnya jelas berbeda.
Pada
mulanya, sekolah ini didirikan dengan tujuan untuk mencetak muballigh, guru, dan pemimpin Muhammadiyah. Awalnya sekolah ini
lebih mirip sebagai pesantren dengan mengadopsi sistem dan metode
pendidikan modern. Namun setelah berubah menjadi Hogere Muhammadijah School,
kurikulumnya ditambah dengan pelajaran ilmu sekuler/umum.
Materi
kurikulum sekolah yang meliputi ilmu agama dan ilmu sekuler/umum menjadi satu
wujud cita-cita dan eksperimen KH Ahmad Dahlan untuk mendamaikan dua kutub ilmu
tersebut dalam sistem pendidikan Muhammadiyah. Versi lain menyebutkan bahwa
latar belakang pendirian al-Qismu al-Arqo sangat sederhana. Sekolah ini
didirikan menjawab tuntutan para alumnus Sekolah Rakyat (sekolah ongko loro) Muhammadiyah
yang tidak bisa melanjutkan ke sekolah guru milik gubernemen. Informasi
ini diperkuat oleh artikel dalam Soeara Muhammadijah terbitan Januari 1922 yang
menyebutkan al-Qismu al-Arqo sebagai sekolah kelanjutan sekolah kelas dua
(ongko loro). Muhammadiyah beberapa kali mengajukan permohonan persamaan ijazah
dengan rekomendasi Boedi
Oetomo, namun
tidak juga diterima. Akhirnya KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1918 mendirikan
Madrasah al-Qismu al-Arqo sehingga para alumnus sekolah rakyatnya bisa
melanjutkan sekolah. Di samping itu, mereka juga dapat membantu mengajar di
sekolah-sekolah Muhammadiyah yang lain.
Menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah
Tamatan-tamatan
Kweekschool Islam/Muhammadijah ini kemudian menyebar, mengajar di
sekolah-sekolah Muhammadiyah terutama di Jawa. Tidak ada dokumen yang menyebutkan spesialisasi ilmu
yang mereka ajarkan. Keterbatasan sumber daya manusia mengakibatkan tidak
adanya spesialisasi keilmuan para guru di lembaga-lembaga pendidikan Islam masa itu (Boland, 1982). Tamatan-tamatan Kweekschool
Muhammadijah ini mengajar semua mata pelajaran yang ada, baik ilmu agama
seperti Tafsir, Hadits, Fiqih maupun ilmu umum/sekuler seperti ilmu bumi, ilmu hayat,
falak/hisab dan lain sebagainya. Namun warna pesantren masih terlihat lebih kental dengan
porsi pendidikan keagamaan yang lebih banyak.
Peran para
alumnus ini ternyata tidak hanya mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang baru berdiri. Mereka ternyata
juga aktif dalam dakwah Islam dan pengembangan masyarakat khususnya dalam
cabang-cabang Muhammadiyah. Kiprah mereka dalam perkembangan awal Muhammadiyah
menempatkan Muallimin menjadi pusat pendidikan generasi mudanya. Dapat
disimpulkan, bahwa sebenarnya predikat Sekolah Kader Muhammadiyah pada diri Mu’allimin tidak bersangkut
paut dengan cikal bakal pendiriannya. al-Qismu al-Arqo didirikan sebagai sekolah
calon guru dan muballigh Muhammadiyah (Sejarah Muhammadiyah, tt). Konsep Kader
Muhammadiyah tidak tampak dalam al-Qismu al-Arqo. Orientasi al-Qismu al-Arqo
jelas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan guru dan muballigh Muhammadiyah dari
cabang-cabang Muhammadiyah di Hindia-Belanda.
Predikat
Sekolah Kader Muhammadiyah ini kemungkinan baru muncul setelah para alumnusnya
mampu mewarnai corak pergerakan Muhammadiyah baik di Yogyakarta maupun di cabang-cabang
Muhammadiyah di luar Yogyakarta. Pengakuan ini ditandai dengan salah satu
keputusan Kongres Muhammadiyah ke-28 di Medan yang mengamanatkan kepada Hoofdbestur Muhammadijah
untuk mengelola secara resmi madrasah ini (Sejarah Muhammadiyah, tt). Amanat
kongres ini menempatkan Mu’allimin dalam posisi penting dan strategis dalam
sistem pengkaderan Muhammadiyah.
Madrasah Muallimin Muhammadiyah kemudian berkembang dan berdiri di daerah-daerah lain di Indonesia, seperti: Solo, Ponorogo, Pekalongan, Bogor, Bandung, Watukebo (Jember), dan sebagainya.
Muallimin sekarang
Kemudian
pada tahun 1987, di bawah kepemimpinan Drs. H. Sri Satoto, dilakukanlah
resistematisasi kurikulum. Tujuannya agar proses pendidikan
dan pengajaran dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna. Sehubungan dengan
itu, pengembangan Mu’allimin dilajutkan lagi dengan kebijakan untuk merekayasa
suatu paket terpadu yang menyangkut materi bidang studi Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan dengan teknik kurikulum silang (crossing curriculum), yakni
memadukan materi GBPP Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Departemen Agama Republik Indonesia dengan materi Mu’allimin yang
merujuk kepada referensi “kitab kuning”. Proses terakhir inilah yang masih
terus berlangsung hingga saat ini. Tentu saja, dalam rangka memperoleh hasil
yang sempurna, evaluasi dan revisi (perbaikan) terus menerus dilakukan terhadap
materi bidang studi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Ketika
Muallimin membuka jurusan Keagamaan dalam program pendidikan Aliyah pada tahun
pendidikan 1996/1997, antara lain untuk mengimbangi program MAN PK (Pendidikan
Keagamaan) yang digagas dan dicanangkan oleh Menteri Agama RI waktu itu, Prof.
Drs. H. Munawir
Sjadzali, M.A., maka
Muallimin pun mempertegas orientasi program pendidikannya dengan memberikan
peluang sebesar-besarnya kepada para siswanya untuk melanjutkan studi ke
berbagai Perguruan Tinggi Agama dan Umum, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Program pendidikan yang dimaksud terbagi dua, yaitu pertama, Madrasah
Aliyah Umum (MAU) jurusan IPA dan IPS, serta kedua, Madrasah Aliyah Keagamaan
(MAK).
Mu'allimien Bogor
Mu'allimein
sudah menjalar ke daerah-daerah lain, misalnya saja di Kab. Bogor . Madrasah
ini didirikan sekitar tahun 1970, ialah KH. Adang Qamarudidin yang memiliki
gagasan untuk menddirikan Madrasah Mu'allimien Muhammadiyah di Kab. Bogor.
Beliau yang notabenenya seorang alumni dari Madrasah Mu'allimien Muhammadiyah
Jogjakarta ini menjadi direktur yang pertama yang di pegangnya selama kurang
lebih 10 tahun, yang kemudian dilanjutkan oleh bapak H. Maliyudin, hingga kini
Mu'allimien Bogor ditelah dipimpin oleh 6 orang Direktur. Kini Mu'allimien
sudah menjadi salah satu sekolah favorti di kawasan Bogor Barat khususnya.
SEMOGA DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG MENDIRIKAN
MUALLIMIN YANG MERUPAKAN PROGRAM KERJA
MAJELIS DIKDASMEN MUHAMMADIYAH DAPAT DIREALISASIKAN...AMIIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar